CALIFORNIA - Bayangkan ketika menengadah ke langit setiap malam dan melihat asap merah dari gunung berapi di permukaan Bulan. Nah, menurut makalah penelitian baru yang diterbitkan di Nature Geosciences, bahwa di masa depan manusia bisa melihat pemandangan seperti itu.
Menggunakan informasi terakhir yang dikumpulkan oleh alat yang dipasang selama misi Apollo. Renee Weber Project dari Marshall Space Flight Center mengatakan bahwa sekira 30 persen dari lapisan Bulan di sekitar inti logam Bulan adalah cairan.
Mengenai tidak adanya gunung berapi yang aktif saat ini di Bulan, hal ini karena bulan sudah 'mati' dan kenyataannya letusan yang terakhir terjadi berlangsung miliaran tahun lalu. Tapi bukan berarti itu akan hilang selamanya, karena sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Mirjam van Kan Parker dan Wim van Westrenen dari VU University Amsterdam mungkin telah menemukan jawabannya.
Karena manusia tidak bisa mengakses lava, para peneliti ini memecahkan teka-teki dengan cara yang cerdik. Pertama mereka memiliki beberapa sampel dari 350 kilogram bebatuan yang dibawa kembali oleh msisi Apollo. Kemudian meletakkan batu-batu itu dalam kondisi yang sama seperti yang dialami oleh lava cair Bulan.
Lalu setelah membuat lava buatan, akhirnya dari data yang diciptakan dengan simulasi komputer diketahui bahwa magma Bulan sangat kaya titanium, sehingga terlalu berat untuk mengalir ke permukaan. Lava harus lebih ringan dari sekitarnya agar bisa meletus ke permukaan.
"Saat ini, Bulan sedang berada dalam fase pendinginan, seperti yang juga ada di dalamnya," ujar Westrenen seperti dilansir Gizmodo, Jumat (24/2/2012).
Maka ketika di masa depan, lava yang dingin itu akan berubah komposisinya dan akan menjadi kurang padat dibandingkan sekitarnya. Dengan magma yang ringan, bisa lebih mudah bergerak ke permukaan dan membentuk gunung api aktif di Bulan.
Pastinya itu akan menjadi pemandangan yang indah, tapi kemungkinan tidak ada yang bisa melihatnya karena proses ini akan memakan waktu jutaan tahun.
Menggunakan informasi terakhir yang dikumpulkan oleh alat yang dipasang selama misi Apollo. Renee Weber Project dari Marshall Space Flight Center mengatakan bahwa sekira 30 persen dari lapisan Bulan di sekitar inti logam Bulan adalah cairan.
Mengenai tidak adanya gunung berapi yang aktif saat ini di Bulan, hal ini karena bulan sudah 'mati' dan kenyataannya letusan yang terakhir terjadi berlangsung miliaran tahun lalu. Tapi bukan berarti itu akan hilang selamanya, karena sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Mirjam van Kan Parker dan Wim van Westrenen dari VU University Amsterdam mungkin telah menemukan jawabannya.
Karena manusia tidak bisa mengakses lava, para peneliti ini memecahkan teka-teki dengan cara yang cerdik. Pertama mereka memiliki beberapa sampel dari 350 kilogram bebatuan yang dibawa kembali oleh msisi Apollo. Kemudian meletakkan batu-batu itu dalam kondisi yang sama seperti yang dialami oleh lava cair Bulan.
Lalu setelah membuat lava buatan, akhirnya dari data yang diciptakan dengan simulasi komputer diketahui bahwa magma Bulan sangat kaya titanium, sehingga terlalu berat untuk mengalir ke permukaan. Lava harus lebih ringan dari sekitarnya agar bisa meletus ke permukaan.
"Saat ini, Bulan sedang berada dalam fase pendinginan, seperti yang juga ada di dalamnya," ujar Westrenen seperti dilansir Gizmodo, Jumat (24/2/2012).
Maka ketika di masa depan, lava yang dingin itu akan berubah komposisinya dan akan menjadi kurang padat dibandingkan sekitarnya. Dengan magma yang ringan, bisa lebih mudah bergerak ke permukaan dan membentuk gunung api aktif di Bulan.
Pastinya itu akan menjadi pemandangan yang indah, tapi kemungkinan tidak ada yang bisa melihatnya karena proses ini akan memakan waktu jutaan tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar