Senin, 12 September 2011
Ilmuwan Ciptakan Obat Cerdas Pembunuh Kanker
BRADFORD - Para ilmuwan dari University of Bradford, Inggris berhasil menciptakan sebuah obat kanker 'cerdas' yang hanya aktif ketika mencapai sel tubuh yang terjangkit tumor. Ini bisa mengurangi efek samping dari penggunaan obat kanker yang terkenal berbahaya.
Para peneliti melakukan pengujian pertama pada manusia, dengan menguji obat tersebut pada lima jenis kanker berbahaya, antara lain kanker payudara, usus besar, paru-paru, sarkoma dan prostat. Mereka menunjukan hasil dari penelitian yang dilakukannya pada British Science Festival di Bradford, dengan menunjukan target obat hanya pada jaringan kanker saja.
Sebelumnya penelitian yang dilakukan pada tikus yang memiliki tumor berhasil disembuhkan dengan menggunakan obat baru yang dikombinasikan dengan obat kemotrapi. Jika penggunaan ini disetujui maka ini akan digunakan untuk mengobati kanker pada manusia.
Tumor padat pada umumnya menunjukan tingkat enzim tinggi yang disebut matrix metaloproteinase (MMP). Ini yang memungkinkan sebagai penyebab pertumbuhan kanker yang memakan jaringan tubuh normal dan menyebar ke seluruh tubuh.
Seperti dikutip Financial Times, Senin (12/9/2011), para peneliti mulai mengguanakan obat anti kanker yang disebut colchicine, suatu senyawa yang berasal dari tanaman crocus yang tumbuh subur di musim gugur. Bahan-bahan kimia melekat pada bagian belakang senyawa yang dekat dengan protein. Hal inilah yang menyebabkan aktifnya obat pada sel kanker.
Ketika obat tidak aktif mencapai kanker, enzim MMP akan memotong bagian belakang dari protein dan melepaskan obat untuk bereaksi pada sel kanker. Saat itu obat akan menyerang dan merusak pembuluh darah pada sel tumor dan menghentikan pertumbuhannya lebih lanjut.
"Kami sangat optimis dengan penggunaan obat baru yang dapat bereaksi menghancurkan pembuluh darah pada tumor. Tapi kami masih berhati-hati karena ini semua masih dalam pengujian klinis di laboratorium. Setelah lulus uji klinis, kami akan coba menggunakannya dalam pengobatan kanker," simpul Profesor Laurence Patterson yang memimpin penelitian ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar